Rabu, 09 Februari 2011

IDIOLOGI PEMIMPIN HIDUP MANUSIA





Sahabat, coba amati dan belajarlah dari dua orang berikut yang ber-Idiologi beda, ketika menangani satu kasus yang sama, akan beda juga cara pandang dan sikapnya. hal ini terjadi, tidak lain karena idiologi yang memimpin mereka berbeda.
Adalah Ustman bin Afwan, salah satu dari sahabat Rasul yang fikrah dan hatinya telah tercerahkan dengan sebuah idiologi Islam. Yang berputar putar di otaknya adalah Ridha Allah dan Surga-Nya. apapun yang ada di hadapannya, ia pandang sebagai ladang Surga. Apapun yang dia lakukan, selalu di dirikan di atas pondasi aqidah islam, yang bertumpu pada keyakinan akan adanya Allah yang ada sebelum alam ada, dan keyakinan akan adanya hisab, surga dan Neraka setelah hancurnya Dunia.
Hal ini sangat beda dengan yahudi madinah ini, karena pengaruh idiologi kapital Matrealis, yang berputar putar di otaknya hanyalah Materi Materi dan Materi. mata hatiya buta, otaknya keruh dan picik, sementara hatinya gelap dan keras, sulit tertembus cahaya dan tidak peka terhadap keadaan sekelilingnya.
Rasullah SAW bersama sahabat  untuk menyatukan dan mensejahterakan umatnya waktu di Madinah. Pada saat itu di Madinah sangat sulit mendapatkan air, jangankan untuk mandi, minum dan kebutuhan lainnya air untuk berwudhu sajapun umat Islam harus membeli air pada orang Yahudi. Pada saat itu hanya ada satu buah sumur sebagai sumber air di Madinah dan sumur itu adalah milik orang Yahudi dan semua orang Madinah harus merogoh kantongnya untuk mendapatkan air tersebut.


Melihat kondisi yang sangat memperihatinkan ini, Nabi Muhammad SAW dihadapan sahabat dan umatnya menyampaikan, “Barangsiapa diantara kalian yang bisa membeli sumur itu sungguh dia telah memiliki sorga.” Mendengar seruan Rasulullah SAW ini, para sahabat saling menoleh satu sama lainnya, pada saat itulah Utsman bin Affan mengacungkan tangan sambil berkata, “ Hamba sanggup ya Rasulullah.” Kemudian Nabi Muhammad menyampaikan kepada Utsman agar dalam membeli sumur itu dilaksanakan dengan shiyasah (strategi).


Kemudian untuk mewujudkan niat tersebut, Ustman bin Affan pergi menemui orang Yahudi pemilik sumur itu yang ditemani oleh Abubakar Siddiq RA dan Umar bin Khatab RA. Setelah bertemu,  Ustman langsung menyampaikan tujuannya :


Ustman : Wahai polan (orang Yahudi) kami bermaksud ingin membeli sumur ini. Yahudi : Ustman kau tahu bahwa sumur ini adalah sumber keuangan bagi kami, saya tidak akan menjualnya berapapun kalian beli.


Mendengar pernyataan dari orang Yahudi tersebut  membuat ketiga sahabat ini kaget dan ingat akan pesan Rasulullah harus dengan strategi/politik lalu Ustman kembali berkata:


Ustman : Kalau begitu saya beli separoh dari sumur ini.


Akhirnya barulah orang Yahudi ini mau menjual sumur tersebut separohnya. Setelah terjadi transaksi lalu Ustman kembali menyampaikan kepada orang Yahudi tersebut bahwa untuk hari pertama dan kedua silahkan kamu yang menjual air sumur ini. Mendengar perkataan Ustman ini membuat orang yahudi tersebut menjadi terharu dan kagum kepada Ustman akan kebaikannya tersebut.


Pada hari ketiga barulah giliran Ustman, pada giliran ini Ustman menyerukan kepada umat muslim di Madinah dapat mengambil air sumur itu dengan gratis, maka ramai orang datang mengambil air sumur itu bahkan ada juga diantaranya orang Yahudi. Begitu seterusnya pada giliran Ustman terus digratiskan akhirnya penduduk Madinah lebih memilih mengambil air pada giliran Ustman sehingga orang Yahudi tersebut sangat sedikit sekali mendapatkan uang dari sumur tersebut.


Melihat kenyataan itu lantas orang Yahudi tersebut akhirnya menjual sumur itu seluruhnya kepada Ustman bin affan.




by : Hamba ALLAH (lelaki IDIOLOGI )

0 komentar:

Posting Komentar


Template by:
Free Blog Templates