Jumat, 08 April 2011

Siapakah orang kaya diantara kita?





Kalau anda mau kaya, mulailah belajar untuk bersikap seperti orang kaya. Orang kaya yang sesungguhnya, bukan orang yang sangat ingin terlihat kaya akan tetapi sebenarnya seorang yang sangat miskin. Apa ada orang yang sangat ingin terlihat kaya tapi sebenarnya sangat miskin? Ada! Tidak percaya? Saya coba beri tamsilannya. 


Pernahkah anda bertemu seorang yang bodoh tetapi sangat ingin terlihat pandai? Orang semacam ini biasanya akan melakukan hal-hal yang dia pikir bisa menutupi kebodohannya, tapi tanpa dia sadari itu hanya akan membuat dia nampak semakin bodoh.
Misalnya, dia mengaku-ngaku mengetahui tentang suatu hal, padahal dia tidak mengtahui tentang hal tersebut, maka orang yang mendengarnya akan mampu menilai kebodohan orang tersebut.

Orang yang hakikatnya miskin tapi sangat ingin terlihat kaya, dia memiliki watak seperti orang yang selalu kekurangan harta benda, yaitu pelit dan sangat suka meminta-minta, dan untuk nampak kaya dia menggunakan asesori dan perlengkapan orang kaya yaitu mobil yang bagus, rumah yang megah, dan sebagainya. 


Lalu bagaimana sebenarnya watak orang yang hakikatnya kaya? Yang paling utama adalah sifat pemurahnya. Kenapa? Ya karena dia tahu betul jumlah kekayaannya sangat banyak sehingga tidak akan berkurang karena digunakan untuk menolong orang lain.
Jadi , bersikaplah pemurah kalau memang anda ingin  menjadi orang kaya yang sesungguhnya. Kalau kemudian anda bertanya, "Kalau kenyataannya saya tidak punya uang atau harta sebanyak itu?" Jawabnya, "Oke, berarti memang anda tidak ingin menjadi kaya. Maka silakan tetap berpikiran seperti cara orang-orang miskin berpikir. Dan anda tidak akan pernah menjadi orang kaya. Anda akan selalu diliputi ketakutan dan kesempitan hidup". 


Untuk mulai bersikap sebagai orang kaya, bersikaplah pemurah kepada tukang parkir, kepada pembantu anda, kepada pedagang kecil, kepada tukang sayur, dan seterusnya. Pikirkan berapa banyak uang yang mereka dapat dari usaha mereka itu, dan janganlah pernah berpikir berapa banyak yang bisa saya hemat dari menawar dagangan si tukang sayurn atau dari menawar dagangan orang di pasar, atau dari tidak memberikan uang lebih pada tukang parkir atau pembantu kita.
Itu bukanlah cara berhemat. Tapi anda telah jatuh kikir, dan itu hakikatnya menempatkan anda sebagai orang miskin. Pernahkah anda melihat seorang dengan mobil bagus menawar buah di pedagang kaki lima dengan begitu sadisnya? Siapa yang miskin disini? Pedagang buah dengan untung beberapa ribu rupiah ataukah si empunya mobil mewah itu? Lahiriahnya si kaya adalah yang memiliki mobil tapi hakekatnya si kaya adalah si pedagang buah. Kenapa? Karena si empunya mobil "meminta-minta" belas kasihan beberapa ribu rupiah bagi dirinya, walaupun nampaknya dia sudah bergelimang harta benda. 


Pemurahlah...engkau tidak akan miskin papa.

Kita akan menjadi kaya kalau kita menyandarkan segalanya pada Yang Maha Kaya yaitu Tuhan.
Dia sangat suka kita bersikap pemurah, maka jadilah orang yang pemurah. Yakinlah Dia Yang Maha Kaya akan memberi kita lebih banyak lagi karena Dia juga Yang Maha Pemurah. Kita menjadi miskin karena kita menyandarkan segalanya pada diri kita sendiri yang memang miskin kalau saja tidak diberi rizqi oleh Yang Maha Pemurah. Akhirnya kita menjadi kikir dan itu Tuhan tidak suka. Kalau Dia tidak suka, Dia tidak akan memberi lagi dan akan menjadi benar-benar miskinlah kita.
Dan ingat kekayaan itu bukanlah semata diukur dari banyaknya harta yang kita miliki, kekayaan itu ada banyak macamnya: kaya ilmu, kaya kawan, kaya hati, dan sebagainya. Yang utama adalah kaya iman. Dengan iman itulah sebenarnya kita bisa menjadi manusia yang kaya secara hakiki, yang selalu merasa cukup dengan apa yang ada pada diri kita, yang tidak mencari yang tidak ada, yang berbahagia dengan kebahagiaan orang lain dan susah dengan kesusahan orang lain, juga yang lapang hatinya dalam setiap ujian hidup karena selalu menyandarkan semuanya kepada Tuhannya Yang Maha Kaya.

0 komentar:

Posting Komentar


Template by:
Free Blog Templates